III. Pertentangan Sosial dan Integrasi Masyarakat
1. Perbedaan Kepentingan
Kepentingan merupakan dasar dari timbulnya tingkah
laku individu. Individu bertingkah laku karena adanya dorongan untuk memenuhi
kepentingannya. Kepentingan ini sifatnya esensial bagi kelangsungan hidup
individu itu sendiri, jika individu berhasil memenuhi kepentingannya, maka ia
akan merasakan kepuasan dan sebaliknya kegagalan dalam memenuhi kepentingan
akan menimbilkan masalah baik bagi dirinya maupun bagi lingkungannya.
Dengan berpegang prinsip bahwa tingkah laku individu
merupakan cara atau alat dalam memenuhi kebutuhannya, maka kegiatan-kegiatan
yang dilakukan oleh individu dalam masyarakat pada hakikatnya merupakan
kepuasan pemenuhan dari kepentingan tersebut.
Perbedaan kepentingan itu antara lain berupa :
1. kepentingan individu untuk memperoleh kasih sayang
2. kepentingan individu untuk memperoleh harga diri
3. kepentingan individu untuk memperoleh penghargaan
yang sama
4. kepentingan individu untuk memperoleh prestasi dan
posisi
5. kepentingan individu untuk dibutuhkan orang lain
6. kepentingan individu untuk memperoleh kedudukan di
dalam kelompoknya
7. kepentingan individu untuk memperoleh rasa aman dan
perlindungan diri
8. kepentingan individu untuk memperoleh kemerdekaan
diri.
Kenyataan-kenyataan seperti itu menunjukkan
ketidakmampuan suatu ideologi mewujudkan idealisme yang akhirnya akan
melahirkan kondisi disintegrasi atau konflik. Permasalahan utama dalam tinjauan
konflik ini adalah adanya jarak yang terlalu besar antara harapan dengan
kenyataan pelaksanaan dan hasilnya kenyataan itu disebabkan oleh sudut pandang
yang berbeda antara pemerintah atau penguasa sebagai pemegang kendali ideologi
dengan berbagai kelompok kepentingan sebagai sub-sub ideologi.
Perbedaan kepentingan ini tidak secara langsung
menyebabkan terjadinya konflik yang mengenal beberapa fase yaitu:
1. fase disorganisasi yang terjadi karena
kesalahpahaman.
2. fase dis-integrasi yaitu pernyataan tidak setuju.
2. DISKRIMINASI DAN
ETHOSENTRIS
Diskriminasi merujuk
kepada pelayanan yang tidak adil terhadap individu tertentu, di mana layanan
ini dibuat berdasarkan karakteristik yang diwakili oleh individu tersebut.
Diskriminasi merupakan suatu kejadian yang biasa dijumpai dalam masyarakat
manusia, ini disebabkan karena kecenderungan manusian untuk membeda-bedakan
yang lain.
·
Diskriminasi langsung,
terjadi saat hukum, peraturan atau kebijakan jelas-jelas menyebutkan
karakteristik tertentu, seperti jenis kelamin, ras, dan sebagainya, dan
menghambat adanya peluang yang sama.
·
Diskriminasi tidak
langsung, terjadi saat peraturan yang bersifat netral menjadi diskriminatif
saat diterapkan di lapangan.
·
Etnosentrisme adalah
kecenderungan untuk melihat dunia hanya melalui sudut pandang budaya sendiri,
maksudnya Etnosentrisme yaitu suatu kecendrungan yang menganggap nilai-nilai
dan norma-norma kebudayaannya sendiri sebagai suatu yang prima, terbaik,
mutlak, dan dipergunakannya tolak ukur untuk menilai dan membedakannya dengan
kebudayaan lain.
Etnosentrisme memiliki
dua tipe yang satu sama lain saling berlawanan, yakni :
·
Tipe pertama adalah
etnosentrisme fleksibel. Seseorang yang memiliki etnosentrisme ini dapat
belajar cara-cara meletakkan etnosentrisme dan persepsi mereka secara tepat dan
bereaksi terhadap suatu realitas didasarkan pada cara pandang budaya mereka
serta menafsirkan perilaku orang lain berdasarkan latar belakang budayanya.
·
Tipe kedua adalah
etnosentrisme infleksibel. Etnosentrisme ini dicirikan dengan ketidakmampuan
untuk keluar dari perspektif yang dimiliki atau hanya bisa memahami sesuatu
berdasarkan perspektif yang dimiliki dan tidak mampu memahami perilaku orang
lain berdasarkan latar belakang budayanya.
·
Kesimpulannya
di Indonesia banyak tejadi hal – hal seperti di atas, hal itu dikarenakan
beberapa faktor, antara lain perbedaan agama, budaya, keyakinan, dan lainnya.
Untuk menghindari hal tersebut dirasa sulit sebab kurangnya wadah untuk
menampung hal tersebut, misalnya kurangnya hubungan antar kelompok, kurangnya
sosialisasi, dan yang terpenting adalah kurangnya kesadaran dari diri sendiri,
apabila hal itu dapat dilakukan niscaya hal – hal diatas tidak akan tumbuh.
3. PERTENTANGAN
SOSIAL KETEGANGAN DALAM MASYARAKAT
Konflik (pertentangan) mengandung suatu pengertian
tingkah laku yang lebih luas dari pada yang biasa dibayangkan orang dengan
mengartikannya sebagai pertentangan yang kasar atau perang. Dasar konflik
berbeda-beda. Terdapat 3 elemen dasar yang merupakan cirri-ciri dari situasi
konflik yaitu :
·
Terdapatnya dua atau
lebih unit-unit atau baigan-bagianyang terlibat di dalam konflik.
·
Unit-unit tersebut
mempunyai perbedaan-perbedaan yang tajam dalam kebutuhan-kebutuhan,
tujuan-tujuan, masalah-masalah, nilai-nilai, sikap-sikap, maupun
gagasan-gagasan.
·
Terdapatnya interaksi
di antara bagian-bagian yang mempunyai perbedaan-perbedaan tersebut.
Konflik merupakan suatu tingkah laku yang dibedakan
dengan emosi-emosi tertentu yang sering dihubungkan dengannya, misalnya
kebencian atau permusuhan. Konflik dapat terjadi pada lingkungan yang paling
kecil yaitu individu, sampai kepada lingkungan yang luas yaitu masyarakat :
·
.Pada taraf di dalam
diri seseorang, konflik menunjuk kepada adanya pertentangan, ketidakpastian,
atau emosi-emosi dan dorongan yang antagonistic didalam diri seseorang
·
Pada taraf kelompok,
konflik ditimbulkan dari konflik yang terjadi dalam diri individu, dari
perbedaan-perbedaan pada para anggota kelompok dalam tujuan-tujuan,
nilai-nilai, dan norma-norma, motivasi-motivasi mereka untuk menjadi anggota
kelompok, serta minat mereka.
·
Para taraf masyarakat,
konflik juga bersumber pada perbedaan di antara nilai-nilai dan norma-norma
kelompok dengan nilai-nilai an norma-norma kelompok yang bersangkutan
berbeda.Perbedan-perbedaan dalam nilai, tujuan dan norma serta minat,
disebabkan oleh adanya perbedaan pengalaman hidup dan sumber-sumber
sosio-ekonomis didalam suatu kebudayaan tertentu dengan yang aa dalam
kebudayaan-kebudayaan lain.
Adapun cara-cara pemecahan konflik tersebut adalah :
·
Elimination; yaitu
pengunduran diri salah satu pihak yang telibat dalam konflik yagn diungkapkan
dengan : kami mengalah, kami mendongkol, kami keluar, kami membentuk kelompok
kami sendiri
·
Subjugation atau
domination, artinya orang atau pihak yang mempunyai kekuatan terbesar dapat
memaksa orang atau pihak lain untuk mentaatinya
·
Mjority Rule artinya
suara terbanyak yang ditentukan dengan voting akan menentukan keputusan, tanpa
mempertimbangkan argumentasi
·
Minority Consent;
artinya kelompok mayoritas yang memenangkan, namun kelompok minoritas tidak
merasa dikalahkan dan menerima keputusan serta sepakan untuk melakukan kegiatan
bersama
·
Compromise; artinya
kedua atau semua sub kelompok yang telibat dalam konflik berusaha mencari dan
mendapatkan jalan tengah
·
Integration; artinya
pendapat-pendapat yang bertentangan didiskusikan, dipertimbangkan dan ditelaah
kembali sampai kelompok mencapai suatu keputusan yang memuaskan bagi semua
pihak.
4. GOLONGAN-GOLONGAN YANG BERBEDA DAN INTEGRASI SOSIAL DAN INTEGRASI
NASIONAL
Masyarakat Indonesia digolongkan sebagai masyarakat
majemuk yang terdiri dari berbagai suku bangsa dan golongan sosial
yang dipersatukan oleh kesatuan nasional yang berwujudkan Negara Indonesia.
Masyarakat majemuk dipersatukan oleh sistem nasional yang mengintegrasikannya
melalui jaringan-jaringan pemerintahan, politik, ekonomi, dan sosial.
Aspek-aspek dari kemasyarakatan tersebut, yaitu Suku Bangsa dan Kebudayaan,
Agama, Bahasa, Nasional Indonesia.
Masalah besar yang dihadapi Indonesia setelah merdeka
adalah integrasi diantara masyarakat yang majemuk. Integrasi
bukan peleburan, tetapi keserasian persatuan. Masyarakat majemuk tetap berada
pada kemajemukkannya, mereka dapat hidup serasi berdampingan (Bhineka Tunggal
Ika), berbeda-beda tetapi merupakan kesatuan. Adapun hal-hal yang dapat menjadi
penghambat dalam integrasi:
Tuntutan penguasaan atas wilayah-wilayah yang dianggap
sebagai miliknya
Isu asli tidak asli, berkaitan dengan perbedaan
kehidupan ekonomi antar warga negara Indonesia asli dengan keturunan
(Tionghoa,arab)
Agama, sentimen agama dapat digerakkan untuk
mempertajam perbedaan kesukuan
Prasangka yang merupakan sikap permusuhan terhadap
seseorang anggota golongan tertentu
5. Integrasi nasional
Integrasi Nasional adalah penyatuan bagian-bagian yang berbeda dari suatu
masyarakat menjadi suatu keseluruhan yang lebih utuh atau memadukan
masyarakat-masyarakat kecil yang banyak jumlahnya menjadi suatu bangsa.
Pengertian ini berhubungan dengan paham idealisme untuk mengenal dan memahami
sesuatu harus dicari kaitannya satu dengan yang lain. Dan untuk mengenal
manusia harus dikaitkan dengan masyarakat di sekitarnya dan untuk mengenal
suatu masyarakat harus dicari kaitannya dengan proses sejarah.
Nama : Monica Devy Panggabean
Kelas : 1TB03
NPM : 24315309
Daftar Pustaka :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar