2. Penduduk, Masyarakat dan Kebudayaan
I. Perkembangan dan penggandaan penduduk dunia dengan tabel
I. Perkembangan dan penggandaan penduduk dunia dengan tabel
PERTUMBUHAN PENDUDUK :
Tabel Perkembangan penduduk dunia
Tabel berikut adalah perbandingan perkembangan
penduduk beberapa negara yang dipilih berdasarkan jumlah kepadatan manusia nya
dari tahun 1950 hingga 2008 :
Populasi 1950
Populasi 2008
China : 562.579.779 1.333.207.572
Amerika Serikat : 152.271.000 304.838.948
India : 361.088.000 1.154.845.005
Rusia : 101.936.816 141.166.731
Jepang : 83.805.000 989.000
Indonesia : 119.208.229 238.567.492
Brazil : 51.944.397 197.254.181
WORLD : 2.555.948.654 6.736.383.012
China : 562.579.779 1.333.207.572
Amerika Serikat : 152.271.000 304.838.948
India : 361.088.000 1.154.845.005
Rusia : 101.936.816 141.166.731
Jepang : 83.805.000 989.000
Indonesia : 119.208.229 238.567.492
Brazil : 51.944.397 197.254.181
WORLD : 2.555.948.654 6.736.383.012
Dari tabel diatas bisa dilihat rata rata setiap negara penduduknya bisa bertambah 2x lipat. Dan perkembangan penduduk dunia bisa bertambah hingga 3x lipat. Itu berarti penduduk dunia sangat pesat pertumbuhannya.Khusus untuk negara Jepang, pertumbuhan penduduknya dari tahun 1950 hingga sekarang mengalami penurunan drastis. Ini dikarenakan angka Mortalitas/kematian sangat tinggi. Pada tahun 2012 angkanya mencapai rekor tertinggi sepanjang masa, yaitu 1.256.254 kematian.
1. Tabel Penggandaan Penduduk Dunia
Tahun penggandaan
|
Perkiraan penduduk dunia
|
Waktu
|
800 SM
|
5 juta
|
-
|
1650 tahun
|
500 juta
|
1500
|
1830 tahun
|
1 milyard
|
180
|
1930 tahun
|
2 milyard
|
100
|
1975 tahun
|
4 milyard
|
45
|
Sumber : Ehrlich, Paul, R, et al, Human Ecology W.H.
Freeman and Co San Fransisco
Menggunakan interpolasi linear dari perkiraan UNDESA, populasi dunia telah meningkat dua kali lipat atau akan dua kali lipat dalam tahun-tahun berikutnya (dengan dua titik tolak yang berbeda). Perhatikan bagaimana, selama 2 milenium, menggandakan masing-masing mengambil kira-kira setengah selama dua kali lipat sebelumnya, pas model pertumbuhan hiperbolik disebutkan di atas. Namun, tidak mungkin bahwa akan ada penggandaan lain dalam abad ini. (http://ivajung.blogspot.co.id/2014/10/perkembangan-dan-penggandaan-penduduk.html)
Menggunakan interpolasi linear dari perkiraan UNDESA, populasi dunia telah meningkat dua kali lipat atau akan dua kali lipat dalam tahun-tahun berikutnya (dengan dua titik tolak yang berbeda). Perhatikan bagaimana, selama 2 milenium, menggandakan masing-masing mengambil kira-kira setengah selama dua kali lipat sebelumnya, pas model pertumbuhan hiperbolik disebutkan di atas. Namun, tidak mungkin bahwa akan ada penggandaan lain dalam abad ini. (http://ivajung.blogspot.co.id/2014/10/perkembangan-dan-penggandaan-penduduk.html)
- Faktor demografi yang
mempengaruhi pertambahan penduduk -
Faktor utama demografi yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk
adalah sebagai berikut:
1. Kematian
Kematian adalah hilangnya tanda-tanda kehidupan manusia secara permanen. Kematian bersifat mengurangi jumlah penduduk dan untuk menghitung besarnya angka kematian caranya hampir sama dengan perhitungan angka kelahiran. Banyaknya kematian sangat dipengaruhi oleh faktor pendukung kematian (pro mortalitas) dan faktor penghambat kematian (anti mortalitas).
a.) Faktor pendukung kematian (pro mortalitas)
Faktor ini mengakibatkan jumlah kematian semakin besar. Yang termasuk faktor ini adalah:
- Sarana kesehatan yang kurang memadai.
- Rendahnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan
- Terjadinya berbagai bencana alam
- Terjadinya peperangan
- Terjadinya kecelakaan lalu lintas dan industri
- Tindakan bunuh diri dan pembunuhan.
b.) Faktor penghambat kematian (anti mortalitas)
Faktor ini dapat mengakibatkan tingkat kematian rendah. Yang termasuk faktor ini adalah:
- Lingkungan hidup sehat.
- Fasilitas kesehatan tersedia dengan lengkap.
- Ajaran agama melarang bunuh diri dan membunuh orang lain.
- Tingkat kesehatan masyarakat tinggi.
- Semakin tinggi tingkat pendidikan penduduk.
Ada beberapa jenis perhitungan angka kelahiran yaitu:
¶ Angka Kematian Kasar ( Crude Death Rate/CDR )
Angka kematian kasar adalah yaitu angka yang menunjukkan jumlah kematian tiap 1000 penduduk tiap tahun tanpa membedakan usia dan jenis kelamin tertentu. Ini dapat dituliskan dalam rumus :
¶ Angka Kematian Khusus Menurut Umur Tertentu (Age Specific Death Rate = ASDR)
Angka kematian khusus menurut umur tertentu dapat digunakan untuk mengetahui kelompok-kelompok usia manakah yang paling banyak terdapat kematian. Umumnya pada kelompok usia tua atau usia lanjut angka ini tinggi, sedangkan pada kelompok usia muda jauh lebih rendah.
Rumusnya:
¶ Angka Kematian Bayi (Infant Mortality Rate = IMR)
Angka kematian bayi adalah angka yang menunjukkan jumlah kematian bayi tiap seribu bayi yang lahir.
Bayi adalah kelompok orang yang berusia 0-1 tahun.
Rumusnya:
Besarnya angka kematian bayi dapat dijadikan petunjuk atau indikator tingkat kesehatan dan kesejahteraan penduduk.
Pada umumnya bila masyarakat memiliki tingkat kesehatan yang rendah maka tingkat kematian bayi tinggi.
Selain perhitungan di atas sering dihitung pula angka kematian ibu waktu melahirkan dan angka kematian bayi baru lahir.
Untuk angka kematian bayi ukurannya sebagai berikut:
- Rendah, jika IMR antara 15-35.
- Sedang, jika IMR antara 36-75.
- Tinggi, jika IMR antara 76-125.
2. Kelahiran ( Natalitas )
Kelahiran bersifat menambah jumlah penduduk. Ada beberapa faktor yang menghambat kelahiran (anti natalitas) dan yang mendukung kelahiran (pro natalitas)
Faktor-faktor penunjang kelahiran (pro natalitas) antara lain:
• Kawin pada usia muda, karena ada anggapan bila terlambat kawin keluarga akan malu.
• Anak dianggap sebagai sumber tenaga keluarga untuk membantu orang tua.
• Anggapan bahwa banyak anak banyak rejeki.
• Anak menjadi kebanggaan bagi orang tua.
• Anggapan bahwa penerus keturunan adalah anak laki-laki, sehingga bila belum ada anak laki-laki, orang akan ingin mempunyai anak lagi.
Faktor pro natalitas mengakibatkan pertambahan jumlah penduduk menjadi besar.
Faktor-faktor penghambat kelahiran (anti natalitas), antara lain:
• Adanya program keluarga berencana yang mengupayakan pembatasan jumlah anak.
• Adanya ketentuan batas usia menikah, untuk wanita minimal berusia 16 tahun dan bagi laki-laki minimal berusia 19 tahun.
• Anggapan anak menjadi beban keluarga dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Faktor – faktor penunjang tingginya angka natalitas dalam suatu negara antara lain :
1.Kepercayaan dan agama
Faktor kepercayaan mempengaruhi orang dalam penerimaan KB. Ada agama atau kepercayaan tertentu yang tidak membolehkan penganutnya mengikuti KB. Dengan sedikitnya peserta KB berarti kelahiran lebih banyak dibanding bila peserta KB banyak
2.Tingkat pendidikan
Semakin tinggi orang sekolah berarti terjadi penundaan pernikahan yang berarti pula penundaan kelahiran. Selain itu pendidikan mengakibatkan orang merencanakan jumlah anak secara rasional.
3.Kondisi perekonomian
Penduduk yang perekonomiannya baik tidak memikirkan perencanaan jumlah anak karena merasa mampu mencukupi kebutuhannya. Jika suatu negara berlaku seperti itu maka penduduknya menjadi banyak.
4.Kebijakan pemerintah
Kebijakan pemerintah mempengaruhi apakah ada pembatasan kelahiran atau penambahan jumlah kelahiran. Selain itu kondisi pemerintah yang tidak stabil misalnya kondisi perang akan mengurangi angka kelahiran
5.Adat istiadat di masyarakat
Kebiasaan dan cara pandang masyarakat mempengaruhi jumlah penduduk. Misalnya nilai anak, ada yang menginginkan anak sebanyak-banyaknya, ada yang menilai anak laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan atau sebaliknya, sehingga mengejar untuk mendapatkan anak laki-laki atau sebaliknya.
6.Kematian dan kesehatan
Kematian dan kesehatan berkaitan dengan jumlah kelahiran bayi. Kesehatan yang baik memungkinkan bayi lebih banyak yang hidup dan kematian bayi yang rendah akan menambah pula jumlah kelahiran.
7.Struktur Penduduk
Penduduk yang sebagian besar terdiri dari usia subur, jumlah kelahiran lebih tinggi dibandingkan yang mayoritas usia non produktif (misalnya lebih banyak anak-anak dan orang-orang tua usia).
Untuk menentukan jumlah kelahiran dalam satu wilayah digunakan angka kelahiran (Fertilitas). Angka kelahiran yaitu angka yang menunjukkan rata-rata jumlah bayi yang lahir setiap 1000 penduduk dalam waktu satu tahun.
Pengukuran Fertilitas tidak sesederhana dalam pengukuran mortalitas, hal ini disebabkan adanya alasan sebagai berikut :
1. Sulit memperoleh angka statistik lahir hidup karena banyak bayi – bayi yang meninggal beberapa saat setelah kelahiran, tidak dicatatkan dalam peristiwa kelahiran atau kematian dan sering dicatatkan sebagai lahir mati.
2. Wanita mempunyai kemungkinan melahiran dari seorang anak ( tetapi meninggal hanya sekali )
3. Makin tua umur wanita tidaklah berarti, bahwa kemungkinan mempunyai anak makin menurun.
4. Di dalam pengukuran fertilitas akan melibatkan satu orang saja. Tidak semua wanita mempunyai kemungkinan untuk melakukan.
1. Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate)
Rumus yang digunakan untuk menghitung yaitu:
Angka kelahiran ini disebut kasar karena perhitungannya tidak memperhatikan jenis kelamin dan umur penduduk, padahal yang dapat melahirkan hanya penduduk wanita.
2. Angka Kelahiran Menurut Kelompok Umur (Age Specific Fertiliy Rate = ASFR )
Rumus yang digunakan untuk menghitung yaitu:
Dengan rumus tersebut kita dapat mengetahui kelompok umur mana yang paling banyak terjadi kelahiran.
3. Migrasi
Migrasi penduduk adalah perpindahan penduduk dari tempat yang satu ke tempat lain. Dalam mobilitas penduduk terdapat migrasi internasional yang merupakan perpindahan penduduk yang melewati batas suatu negara ke negara lain dan juga migrasi internal yang merupakan perpindahan penduduk yang berkutat pada sekitar wilayah satu negara saja.
Faktor-faktor terjadinya migrasi, yaitu :
1. Persediaan sumber daya alam
2. Lingkungan social budaya
3. Potensi ekonomi
4. Alat masa depan
C. Rumus kematian kasar dan halus
Secara garis besar penggolongan kelahiran
/ natalitas adalah :
1) Angka Keahiran Khusus
2) Angka Kelahiran Umum
3) Angka Kelahiran Kasar
Dan secara garis besar penggolongan
kematian / mortalitas adalah :
1) Angka Kematian Kasar
2) Angka Kematian Khusus
Masing – masing memiliki rumus yang
berbeda, mari kita pelajari satu persatu.
A. Kelahiran (Fertilitas/Natalitas)
1) Angka Kelahiran Kasar
Angka kelahiran kasar atau Crude Birth
Rate (CBR) menunjukkan jumlah bayi yang lahir setiap 1.000 penduduk dalam satu
tahun. Untuk mencari angka kelahiran kasar digunakan rumus sebagai berikut.
Di mana: CBR = L/P *1000
CBR = angka kelahiran kasar
L = jumlah kelahiran selama satu tahun
P = jumlah penduduk pertengahan tahun
Angka kelahiran kasar digolongkan menjadi
tiga, yaitu:
a) Golongan tinggi, apabila jumlah
kelahiran lebih dari 30.
b) Golongan sedang, apabila jumlah
kelahiran antara 20 - 30.
c) Golongan rendah, apabila jumlah
kelahiran kurang dari 20.
Contoh:
Pada pertengahan tahun 2006, jumlah
penduduk di Kecamatan X sebanyak 20.000 jiwa dan jumlah bayi yang lahir
tercatat 900 anak Berapa angka kelahiran kasarnya?
2) Angka Kelahiran Umum
Angka kelahiran umum atau General Fertility Rate (GFR) adalah banyaknya kelahiran tiap 1.000 wanita yang berusia 15 - 49 tahun pada pertengahan tahun. Angka kelahiran umum dapat diketahui dengan rumus.
Di mana: GFR = L/W(15-49)*1000
L = banyaknya kelahiran selama satu tahun
W(15 - 49) = banyaknya penduduk wanita yang berumur 15 – 49 Tahun
3) Angka Keahiran Khusus
Angka kelahiran khusus atau Age Spesific Birth Rate (ASBR) menunjukkan banyaknya bayi lahir setiap 1.000 orang wanita pada usia tertentu dalam waktu satu tahun. Untuk mengetahui ASBR digunakan rumus sebagai berikut.
Di mana: ASBR = Lx/Px*1000
ASBR = angka kelahiran dari wanita pada umur tertentu
Lx = jumlah kelahiran dari wanita pada kelompok umur tertentu
Px = jumlah wanita pada kelompok umur tertentu
B. Kematian (Mortalitas)
1) Angka Kematian Kasar
Angka kematian kasar atau Crude Death Rate (CDR) menunjukkan jumlah kematian setiap 1.000 pendduk dalam setahun.
Angka kematian kasar terdiri atas tiga golongan, yaitu:
a) Golongan rendah, apabila jumlah mortalitasnya kurang dari 13.
b) Golongan sedang, apabila jumlah mortalitasnya antara 14 - 18.
c) Golongan tinggi, apabila jumlah mortalitasnya lebih dari 18.
Rumus yang digunakan untuk mengetahui angka kematian kasar adalah:
Di mana: CDR = M/P*1000
M = jumlah kematian
P = jumlah penduduk pada pertengahan tahun
Menurut Wardiyatmoko angka kematian kasar (CDR) Indonesia dalam kurun waktu 2000 - 2005 kurang lebih sebesar 43. Dibandingkan dengan CDR Asia 42, Thailand 40, Malaysia 24, dan Singapura 9 maka CDR Indonesia masih relatif tinggi.
Contoh:
Pada pertengahan tahun 2006, jumlah penduduk di Kecamatan X sebanyak 10.000 jiwa dan jumlah penduduk yang meninggal 800 anak. Berapakah angka kematian kasarnya?
Angka kematian kasarnya 8, artinya setiap 1.000 orang dalam 1 tahun, jumlah
penduduk yang meninggal ada 8 orang.
2) Angka Kematian Khusus
Angka kematian khusus menurut umur atau Age Spesific Death Rate (ASBR) menunjukkan banyaknya orang yang meninggal tiap 1.000 orang penduduk pada usia tertentu dalam setahun. Biasanya angka ini sangat tinggi pada kelompok usia lanjut, sedangkan pada kelompok usia muda angka ini jauh lebih rendah.
Di mana: ASBR = Lx/Px
ASBR = angka kematian pada umur tertentu
Lx = jumlah kematian pada umur tertentu dalam setahun
Px = jumlah penduduk umur tertentu
Angka kematian kasar digolongkan rendah jika kurang dari 13, sedang jika berkisar 14 - 18, dan tinggi jika lebih dari 18.
Contoh:
Jumlah penduduk provinsi A yang berumur 65 - 69 tahun adalah 100.000 jiwa. Dalam waktu satu tahun yang meninggal dunia sebanyak 20.000 jwa. Hitunglah angka kematian khusus menurut kelompok umur di provinsi tersebut!
2) Angka Kematian Khusus
Angka kematian khusus menurut umur atau Age Spesific Death Rate (ASBR) menunjukkan banyaknya orang yang meninggal tiap 1.000 orang penduduk pada usia tertentu dalam setahun. Biasanya angka ini sangat tinggi pada kelompok usia lanjut, sedangkan pada kelompok usia muda angka ini jauh lebih rendah.
Di mana: ASBR = Lx/Px
ASBR = angka kematian pada umur tertentu
Lx = jumlah kematian pada umur tertentu dalam setahun
Px = jumlah penduduk umur tertentu
Angka kematian kasar digolongkan rendah jika kurang dari 13, sedang jika berkisar 14 - 18, dan tinggi jika lebih dari 18.
Contoh:
Jumlah penduduk provinsi A yang berumur 65 - 69 tahun adalah 100.000 jiwa. Dalam waktu satu tahun yang meninggal dunia sebanyak 20.000 jwa. Hitunglah angka kematian khusus menurut kelompok umur di provinsi tersebut!
Artinya setiap 1.000 penduduk yang berumur 65 - 69 tahun, yang meninggal sebanyak 200 orang dalam setahun. (http://ssbelajar.blogspot.co.id/2012/04/angka-kelahiran-dan-angka-kematian.html)
Pengertian Migrasi
Migrasi penduduk adalah perpindahan penduduk dari tempat yang
satu ke tempat yang lain. Dalam mobilitas penduduk terdapat migrasi
internasional yang merupakan perpindahan penduduk yang melewati batas
suatu negara ke negara lain dan juga migrasi internal yang merupakan
perpindahan penduduk yang berkutat pada sekitar wilayah satu negara saja.
Migrasi merupakan bagian dari mobilitas penduduk.
Mobilitas penduduk adalah perpindahan penduduk dari suatu daerah ke daerah
lain. Mobilitas penduduk ada yang bersifat nonpermanen (sementara) misalnya
turisme baik nasional maupun internasional, dan ada pula mobilitas penduduk
permanen (menetap). Mobilitas penduduk permanen disebut migrasi. Migrasi adalah
perpindahan penduduk dari suatu tempat ke tempat lain dengan melewati batas
negara atau batas administrasi dengan tujuan untuk menetap.
Jenis-jenis Migrasi
Migrasi dapat terjadi di dalam satu negara maupun antarnegara. Berdasarkan hal tersebut, migrasi dapat dibagi atas dua golongan yaitu :
a. Migrasi Internasional, yaitu perpindahan penduduk dari suatu negara ke negara lainnya. Migrasi internasional dapat dibedakan atas tiga macam yaitu :
* Imigrasi, yaitu masuknya penduduk dari suatu negara ke negara lain dengan tujuan menetap. Orang yang melakukan imigrasi disebut imigran.
* Emigrasi, yaitu keluarnya penduduk dari suatu negara ke negara lain. Orang yang melakukan emigrasi disebut emigran.
*Remigrasi atau repatriasi, yaitu kembalinya imigran ke negara asalnya.
Macam - Macam Migrasi
Pertama , Migrasi Internasional dibagi menjadi tiga ,
yaitu :
1.
Imigrasi
=> Masuknya penduduk ke suatu negara
2.
Emigrasi
=> Keluarnya penduduk ke negara lain
3.
Remigrasi
=> Kembalinya penduduk ke negara
Kedua , Migrasi
Nasional dibagi menjadi empat , yaitu :
1.
Urbanisasi
=> Dari Desa ke Kota
2.
Transmigrasi
=> Dari Pulau ke Pulau
3.
Ruralisasi
=> Dari Kota ke Desa
4.
Evakuasi
=> Dari tempat yang tidak aman ke tempat yang aman
Proses Migrasi
Dengan adanya wilayah yang memiliki suatu nilai lebih
maka banyak orang/ penduduk pun yang akan pergi ke wilayah itu dikarenakan di
wilayah ia tinggal sudah tidak ada lagi nilai lebihnya untuk berkelangsungan
hidupnya
Proses
migrasi pun punya cara yaitu:
• Proses migrasi ia menetap di suatu wilayah
• Proses migrasi hanya sementara diwilayah itu sewaktu-waktu ia dapat kembali lagi ke wilayah tempat asalnya
• Hanya sekedar berlibur diwilayah itu
Proses keberangkatan migrasi bisa dilakukan dengan
cara-cara tertentu misalkan kalau imigran hanya satu orang bisa melakukannya
dengan naik sepeda motor, kalau imigran dengan banyak orang satu keluarga maka
bisa melakukannya dengan naik kendaraan roda empat atau juga naik kapal laut
itulah yang biasa dilakukan imigaran dalam melakukan migarasi di Negara
Indonesia.Tahun pun makin lama makin berlaju dan proses imigrasi
pun menjadi sangat lebih pesat dan perubahan yang terjadi dari mulai tahun yang
lalu higga tahu ini sangatlah banyak, pada tahun ini tercatat banyak sekali
imigran illegal/gelap yang tidak mendaftarkan dirinya pada sensus penduduk pada
kota asalnya balia semua itu terjadi begitu saja tanpa adanya rasa kesadaran maka
makin lama akan terjadi kepadatan penduduk akan teradi dan susah menanganinya
dikarenakan susahnya mendata para imigran. (http://ihwanudinsuryajaya.blogspot.co.id/2012/09/isd-pengertian-migrasi-macam-macam.html)
Piramida Penduduk - Komposisi penduduk suatu wilayah
atau negara dapat disajikan dalam bentuk diagram yang berbentuk piramida atau
yang kemudian disebut dengan piramida penduduk.
Piramida penduduk adalah grafik mendatar
yang menyajikan data kependudukan dalam bentuk diagram batang yang
menunjukkan komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin. Tersusun dari
garis atau koordinat vertikal yang digunakan untuk menyatakan golongan umur.
Dimulai dari umur 0–4, 5–9, dan seterusnya hingga usia maksimal yang bisa
dicapai oleh penduduk di suatu wilayah.
Jenis kelamin laki-laki di sebelah kiri,
sedangkan golongan perempuan di sebelah kanan. Garis horizontal digunakan untuk
menunjukkan jumlah, biasanya dalam jutaan, tetapi tergantung pada kuantitas
penduduk.
Bentuk piramida penduduk berbeda-beda
untuk setiap wilayah atau negara. Meskipun bentuknya berbeda-beda, pada
dasarnya dapat dikelompokkan menjadi tiga. Masing-masing bentuk mencerminkan
karakteristik penduduknya. Ketiga bentuk piramida penduduk itu sebagai berikut.
1. Piramida Penduduk Muda (Expansive)
Suatu wilayah yang memiliki angka
kelahiran yang tinggi dan angka kematian yang rendah sehingga daerah ini
mengalami pertumbuhan penduduk yang cepat. Piramida ini dicirikan sebagian
besar penduduk masuk dalam kelompok umur muda. Contohnya adalah negara-negara
yang sedang berkembang, misalnya Indonesia, Malaysia, Filipina, dan India.
Ciri-ciri komposisi penduduk ekspansif
antara lain sebagai berikut.
o Jumlah penduduk usia muda (0–19 tahun)
sangat besar, sedangkan usia tua sedikit.
o Angka kelahiran jauh lebih tinggi jika
dibandingkan dengan angka kematian.
o Pertumbuhan penduduk relatif tinggi.
o Sebagian besar terdapat di negara-negara
berkembang, seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, Republik Rakyat Cina, Mesir,
dan India.
2. Piramida Penduduk Stasioner
Bentuk piramida penduduk ini menggambarkan
tingkat kelahiran yang hampir sama dengan tingkat kematian atau bersifat
stasioner. Pertumbuhan penduduk cenderung tetap. Piramida ini menunjukkan
jumlah penduduk muda, dewasa, dan tua hampir sama. Contoh: bentuk piramida
penduduk Jepang dan Singapura serta beberapa negara yang tergolong maju.
Ciri-ciri komposisi penduduk stasioner
antara lain sebagai berikut.
o Perbandingan jumlah penduduk pada kelompok
usia muda dan dewasa relatif seimbang.
o Tingkat kelahiran umumnya tidak begitu
tinggi, demikian pula dengan angka kematian relatif lebih rendah.
o Pertumbuhan penduduk kecil.
o Terdapat di beberapa negara maju antara
lain Amerika Serikat, Belanda, dan Inggris.
3. Piramida Penduduk Tua (Constructive)
Bentuk piramida penduduk ini menggambarkan
tingkat kelahiran yang lebih rendah dari tingkat kematian atau bersifat
konstruktif. Penurunan tingkat kelahiran yang tajam menyebabkan pertumbuhan
penduduk mengalami penurunan. Piramida penduduk ini memiliki umur median
(pertengahan) sangat tinggi. Contoh: piramida penduduk negara Jerman, Belgia,
dan Swiss
Ciri-ciri komposisi penduduk konstruktif
antara lain sebagai berikut.
o Jumlah penduduk usia muda (0–19 tahun) dan
usia tua (di atas usia 64 tahun) sangat kecil.
o Jumlah penduduk yang tinggi terkonsentrasi
pada ke lompok usia dewasa.
o Angka kelahiran sangat rendah, demikian
juga angka kematian.
o Pertumbuhan penduduk sangat rendah
mendekati nol, bahkan pertumbuhan penduduk sebagian mencapai tingkat negatif.
o Jumlah penduduk cenderung berkurang dari
tahun ke tahun.
o Negara yang berada pada fase ini, antara
lain Swedia, Jerman, dan Belgia.
Dengan melihat bentuk piramida penduduk,
maka akan diketahui apakah negara itu bercirikan penduduk tua atau muda. Suatu
negara disebut berpenduduk tua apabila sebagian besar penduduk di negara itu
sudah berumur tua. Sedang suatu negara disebut berpenduduk muda apabila
sebagian penduduk negara itu masih berumur muda. (http://www.zonasiswa.com/2014/10/3-bentuk-piramida-penduduk.html)
-Pengertian rasio
ketergantungan-
Konsep definisi : Rasio Ketergantungan (Defendency Ratio) adalah
perbandingan antara jumlah penduduk umur 0-14 tahun, ditambah dengan jumlah
penduduk 65 tahun ke atas (keduanya disebut dengan bukan angkatan kerja)
dibandingkan dengan jumlah pendduk usia 15-64 tahun (angkatan kerja).
Rumus :
Kegunaan : Rasio ketergantungan (dependency
ratio) dapat digunakan sebagai indikator yang secara kasar dapat menunjukkan
keadaan ekonomi suatu negara apakah tergolong negara maju atau negara yang sedang
berkembang. Dependency ratio merupakan salah satu indikator demografi yang
penting. Semakin tingginya persentase dependency ratio menunjukkan semakin
tingginya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai
hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Sedangkan
persentase dependency ratio yang semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya
beban yang ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai penduduk yang
belum produktif dan tidak produktif lagi.
Contoh
Untuk memudahkan pemahaman tentang
perhitungan Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio),
di bawah ini diberikan contoh perhitungan dengan menggunakan data SP 2000
(lihat Tabel 1). Langkah pertama adalah menghitung jumlah penduduk yang
dikelompokkan menjadi tiga yaitu kelompok umur muda (0-14 tahun), kelompuk usia
kerja 15-64 tahun (umur produktif) dan kelompok umur tua (65 tahun ke atas).
Tabel
1 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Muda, Umur Produktif, dan Umur
Tua, Tahun 2000
Kel. Umur
|
Jumlah Penduduk
|
0-14
|
63 206 000
|
15-64
|
13 3057 000
|
65+
|
9 580 000
|
Setelah jumlah penduduk kelompok umur
muda (0-14 tahun), umur produktif (15-64 tahun) dan umur tua (65 tahun ke atas)
diperoleh. Selanjutnya dapat dihitung rasio ketergantungan (dependency ratio, dengan hasil seperti yang disajikan pada Tabel 2
berikut.
Tabel
2 Rasio Ketergantungan Muda, Tua, dan Total Tahun 2000
Keterangan
|
Rasio Ketergantungan
|
RKTot
|
54,7
|
RKMuda
|
47,0
|
RKTua
|
7,2
|
Interpretasi
Dari
contoh perhitungan di atas, rasio ketergantungan total adalah sebesar 54,7
persen, artinya setiap 100 orang yang berusia kerja (dianggap produktif)
mempunyai tanggunagn sebanyak 55 orang yang belum produktif dan dianggap tidak
produktif lagi. Rasio sebesar 54.7 persen ini disumbangkan oleh rasio
ketergantungan penduduk muda sebesar 47,0 persen, dan rasio ketergantungan
penduduk tua sebesar 7,2 persen. Dari indikator ini terlihat bahwa pada tahun
2000 penduduk usia kerja di Indonesia masih dibebani tanggung jawab akan
penduduk muda yang proporsinya lebih banyak dibandingkan tanggung jawab
terhadap penduduk tua.
Rasio
ketergantungan ini sudah jauh berkurang dibandingkan dengan keadaan pada saat
sensus 1971. Pada tahun 1971 rasio ketergantungan total adalah sebesar 86 per
100 penduduk usia kerja, dan kemudian menurun secara pasti sampai tahun 2000.
Penurunan ini terjadi terutama karena penurunan tingkat kelahiran sebagai
dampak dari keberhasilan program keluarga berencana selama 30 tahun terakhir.
Pertumbuhan dan perkembangan
kebudayaan di indonesia
Pertumbuhan dan
Perkembangan Kebudayaan di Indonesia
·
Zaman Batu Tua (Palaeolithikum)
Alat-alat batu
pada zaman batu tua, baik bentuk ataupun permukaan peralatan masih kasar,
misalnya kapak genggam Kapak genggam semacam itu kita kenal dari wilayah Eropa,
Afrika, Asia Tengah, sampai Punsjab(India), tapi kapak genggam semacam ini
tidak kita temukan di daerah Asia Tenggara
Berdasarkan
penelitian para ahli prehistori, bangsa-bangsa Proto-Austronesia pembawa
kebudayaan Neolithikum berupa kapak batu besar ataupun kecil bersegi-segi
berasal dari Cina Selatan, menyebar ke arah selatan, ke hilir sungai-sungai
besar sampai ke semenanjung Malaka Lalu menyebar ke Sumatera, Jawa. Kalimantan
Barat, Nusa Tenggara, sampai ke Flores, dan Sulawesi, dan berlanjut ke
Filipina.
·
Zaman Batu Muda (Neolithikum)
Manusia pada
zaman batu muda telah mengenal dan memiliki kepandaian untuk mencairkan/melebur
logam dari biji besi dan menuangkan ke dalam cetakan dan mendinginkannya. Oleh
karena itulah mereka mampu membuat senjata untuk mempertahankan diri dan untuk
berburu serta membuat alat-alat lain yang mereka perlukan.
Ciri – ciri
zaman batu muda :
1. Mulai menetap dan membuat rumah
2. Membentuk kelompok masyarakat desa
3. Bertani
4. Berternak untuk memenuhi kebutuhan hidup
1. Mulai menetap dan membuat rumah
2. Membentuk kelompok masyarakat desa
3. Bertani
4. Berternak untuk memenuhi kebutuhan hidup
Bangsa-bangsa
Proto-austronesia yang masuk dari Semenanjung Indo-China ke Indonesia itu
membawa kebudayaan Dongson, dan menyebar di Indonesia. Materi dari kebudayaan
Dongson berupa senjata-senjata tajam dan kapak berbentuk sepatu yang terbuat
dari bahan perunggu.
Kebudayaan Hindu
Pada abad ke-3
dan ke-4 agama hindu mulai masuk ke Indonesia di Pulau Jawa. Perpaduan atau
akulturasi antara kebudayaan setempat dengan kebudayaan. Sekitar abad ke 5
ajaran Budha masuk ke indonesia, khususnya ke Pulau Jawa. Agama Budha dapat
dikatakan berpandangan lebih maju dibandingkan Hinduisme,sebab budhisme tidak
menghendaki adanya kasta-kasta dalam masysrakat. Walaupun demikian, kedua agama
itu di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa tumbuh dan berdampingan secara damai.
Baik penganut hinduisme maupun budhisme masng-masing menghasilkan karya- karya
budaya yang bernilai tinggi dalam seni bangunan, arsitektur, seni pahat, seni
ukir, maupun seni sastra, seperti tercermin dalam bangunan, relief yang
diabadikan dalam candi-candi di Jawa Tengah maupun di Jawa Timur diantaranya
yaitu Borobudur, Mendut, Prambanan, Kalasan, Badut, Kidal, Jago, Singosari,
dll.
A. Penyiaran Agama Hindu di Indonesia.
Proses masuknya agama
Hindu di Indonesia dibawa oleh kaum pedagang, baik pedagang India yang datang
ke Indonesia maupun pedagang dari wilayah Indonesia yang berlayar ke India.
Akan tetapi, di lain pihak terdapat beberapa teori yang berbeda tentang
penyebaran agama Hindu ke Indonesia. Pendapat atau teori tersebut di antarannya
:
1) Teori Sudra, menyatakan bahwa penyebaran agama Hindu ke Indonesia dibawa oleh
orang-orang India yang berkasta Sudra, karena mereka dianggap sebagai
orang-orang buangan.
2) Teori Waisya, menyatakan bahwa penyebaran agama Hindu ke Indonesia dibawa oleh
orang-orang India berkasta Waisya, karena mereka terdiri atas para pedagang
yang datang dan kemudian menetap di salah satu wilayah di Indonesia. Bahkan
banyak di antara pedagang itu yang menikah dengan wanita setempat.
3) Teori Ksatria, menyatakan bahwa penyebaran agama Hindu ke Indonesia dibawa oleh
orang-orang India berkasta Ksatria. Hal ini disebabkan terjadi kekacauan
politik di India, sehingga para Ksatria yang kalah melarikan diri ke Indonesia.
Mereka lalu mendirikan kerajaan-kerajaan dan menyebarkan agama Hindu.
4) Teori Brahmana, menyatakan bahwa penyebaran agama Hindu dilakukan oleh kaum Brahmana.
Kedatangan mereka ke Indonesia untuk memenuhi undangan kepala suku yang
tertarik dengan agama Hindu. Kaum Brahmana yang datang ke Indonesia inilah yang
mengajarkan agama Hindu ke masyarakat.
Dari keempat teori
tersebut, hanya teori Brahmana yang dianggap sesuai dengan bukti-bukti yang
ada. Bukti-bukti tersebut diantaranya :
1) Agama Hindu bukan agama yang demokratis, karena urusan keagamaan menjadi
monopoli kaum Brahmana, sehingga hanya golongan Brahmana yang berhak dan mampu
menyiarkan agama Hindu.
2) Prasasti yang pertama kali ditemukan berbahasa Sansekerta, sedangkan di
India bahasa itu hanya digunakan dalam kitab suci dan upacara keagamaan. Jadi,
hanya kaum Brahmana-lah yang mengerti dan menguasai penggunaan bahasa tersebut.
2. Agama dan Kebudayaan Budha
Agama Buddha pertama
kali tumbuh di India, tepatnya di India bagian timur laut sekitar tahun 500 SM. Diajarkan oleh Siddharta Gautama yang dikenal sebagai
Buddha (seorang yang telah mendapatkan pencerahan) Agama Buddha muncul sebagai reaksi terhadap golongan
Brahmana dalam ritual keagamaan.
Keseluruhan ajaran
agama Buddha dibukukan dalam Kitab Tripitaka, yang terdiri dari tiga kumpulan
tulisan, yaitu :
1) Sutta (Suttanata) Pitaka,
kumpulan khotbah
2) Vinaya Pitaka, aturan-aturan yang
berkaitan dengan kehidupan pendeta
3) Abhidharma Pitaka, berisi filosofi,
psikologi, klasifikasi dan sistemasi doktrin.
Dalam perkembangannya,
agama Buddha pecah menjadi aliran, yaitu
1) Aliran Hinayana, mengajarkan bahwa
untuk mencapai nirwana sangat tergantung kepada usaha diri sendiri
melakukan meditasi.
2) Aliran Mahayana, mengajarkan
bahwa untuk mencapai nirwana, setiap orang harus mengembangkan kebijaksanaan
dan sifat welas asih (belas kasih)
Perkembangan agama
Buddha di India mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Raja Ashoka dari Dinasti Maurya
(273-232 SM). Pada
pemerintahan-nya, Raja Ashoka menetapkan agama Buddha sebagai agama resmi
negara. Agama Buddha kemudian
dengan cepat berkembang dan diterima oleh masyarakat India. Hal ini terutama
disebabkan oleh bahasa yang digunakan Buddha dalam penyampaian ajarannya, yaitu Bahasa Parkit (bahasa yang digunakan rakyat
sehari-hari), bukan bahasa Sansekerta yang hanya dimengerti oleh
kaum Brahmana.
Selain itu, agama
Buddha bersifat non-eksklusif. Artinya, agama Buddha bisa diterima siapa saja
dan tidak mengenal pembagian masyarakat atas kasta-kasta. Agama Buddha juga
tidak mengenal perbedaan hak antara pria dan wanita.
Sekitar abad ke-5, ajaran Budha atau
budhisme masuk ke wilayah Indonesia, khususnya ke dalam pulau jawa.
Agama/ajaran budha dapat dikatakan berpandangan lebih maju dari pada hinduisme,
sebab dalam ajaran budhisme tidak mengenal adanya kasta-kasta dalam kehidupan
masyarakat.
A. Penyiaran Agama Buddha di Indonesia.
Agama Buddha masuk ke Indonesia dibawa
oleh para biksu. Antara lain seorang biksu dari Kashmir bernama Gunawarman
datang ke Indonesia sekitar tahun 240. Gunawarman adalah seorang biksu Buddha
Hinayana. Pada tahun-tahun berikutnya, para biksu Buddha dari Perguruan Tinggi
Nalanda (Benggala, India) pun datang ke Indonesia. Makin lama pengaruh Buddha
makin berkembang di Indonesia.
Penyiaran agama Buddha di Indonesia
lebih awal dari agama Hindu. Dalam penyebarannya agama Buddha mengenal adanya
misi penyiar agama yang disebut, Dharmadhuta. Tersiarnya agama Buddha di
Indonesia, diperkirakan sejak abad ke-2 Masehi, dibuktikan dengan penemuan Arca
Buddha dari perunggu di Jember, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. Arca-arca itu
berlanggam Amarawati. Namun, belum diketahui siapa pembawanya dari India
Selatan ke Indonesia. Di samping itu, juga ditemukan arca Buddha dari batu di
Palembang.
KEBUDAYAAN ISLAM
Pada abad ke-15 dan
ke-16, agama Islam telah dikembangkan di Indonesia, oleh para pemuka-pemuka Islam
yang disebut wali sanga. Titik sentral penyebaran agama islam pada abad itu
berada di pulau jawa yang sebenarnya masuk ke Indonesia khususnya ke pulau jawa
jauh sebelum abad ke -15. suatu bukti bahwa awal abad ke-11 sudah ada wanita
Islam yang meninggal dan dimakamkan di Kota Gresik.
Pada abad
ke-15,berkembanglah negara-negara pantai, adalah negara Malaka di semenanjung Malaka, negara Aceh
di ujung pulau Sumatra, negara Banten di jawa Barat, negara Demak di
pesisir utara jawa tengah, negara Goa di sulawesi selatan. Dalam
prosesperkembangannya negara tersebut yang dikendalikan oleh pedagang-pedagang
kaya dan golongan
bangsawan kota-kota pelabuhan, dan telah menganut ajaran Islam.
Didaerah-daerah
yang belum amat terpengaruh oleh kebudayaan Hindu, agama Islam mempunyai
pengaruh yang mendalam dalam kehidupan penduduk di daerah yang bersangkutan.
misalnya di Aceh, Banten, sulawesi selatan, sumatra Timur, sumatra barat, dan
pesisir kalimantan.
A. Proses Masuk dan Berkembangnya Agama dan Kebudayaan Islam di indonesia
Proses masuk dan berkembangnya agama
Islam di Indonesia menurut Ahmad Mansur Suryanegara dalam bukunya yang berjudul
Menemukan Sejarah, terdapat 3 teori yaitu teori Gujarat, teori Makkah dan teori
Persia. Ketiga teori tersebut di atas memberikan jawaban tentang permasalah
waktu masuknya Islam ke Indonesia, asal negara dan tentang pelaku penyebar atau
pembawa agama Islam ke Nusantara.
Untuk mengetahui lebih jauh dari teori-teori tersebut, silahkan Anda simak uraian materi berikut ini.
Untuk mengetahui lebih jauh dari teori-teori tersebut, silahkan Anda simak uraian materi berikut ini.
1) Teori Gujarat
Teori berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad 13 dan
pembawanya berasal dari Gujarat (Cambay), India. Dasar dari teori ini adalah:
a. Kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran Islam
di Indonesia.
b. Hubungan dagang Indonesia dengan India telah lama melalui jalur Indonesia –
Cambay – Timur Tengah – Eropa.
c. Adanya batu nisan Sultan Samudra Pasai yaitu Malik Al Saleh tahun 1297 yang
bercorak khas Gujarat.
Pendukung teori Gujarat adalah Snouck
Hurgronye, WF Stutterheim dan Bernard H.M. Vlekke. Para ahli yang mendukung
teori Gujarat, lebih memusatkan perhatiannya pada saat timbulnya kekuasaan
politik Islam yaitu adanya kerajaan Samudra Pasai. Hal ini juga bersumber dari
keterangan Marcopolo dari Venesia (Italia) yang pernah singgah di Perlak (
Perureula) tahun 1292. Ia menceritakan bahwa di Perlak sudah banyak penduduk yang
memeluk Islam dan banyak pedagang Islam dari India yang menyebarkan ajaran
Islam.
2) Teori Makkah
Teori ini merupakan teori baru yang muncul sebagai sanggahan terhadap teori
lama yaitu teori Gujarat. Teori Makkah berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia
pada abad ke 7 dan pembawanya berasal dari Arab (Mesir).
Dasar teori ini adalah:
Dasar teori ini adalah:
a. Pada abad ke 7 yaitu tahun 674 di pantai barat Sumatera sudah terdapat
perkampungan Islam (Arab); dengan pertimbangan bahwa pedagang Arab sudah
mendirikan perkampungan di Kanton sejak abad ke-4. Hal ini juga sesuai dengan
berita Cina.
b. Kerajaan Samudra Pasai menganut aliran mazhab Syafi’i, dimana pengaruh
mazhab Syafi’i terbesar pada waktu itu adalah Mesir dan Mekkah.
SedangkanGujarat/India adalah penganut mazhab Hanafi.
c. Raja-raja Samudra Pasai menggunakan gelar Al malik, yaitu gelar tersebut
berasal dari Mesir.
Pendukung teori Makkah ini adalah Hamka,
Van Leur dan T.W. Arnold. Para ahli yang mendukung teori ini menyatakan bahwa
abad 13 sudah berdiri kekuasaan politik Islam, jadi masuknya ke Indonesia
terjadi jauh sebelumnya yaitu abad ke 7 dan yang berperan besar terhadap proses
penyebarannya adalah bangsa Arab sendiri. Dari penjelasan di atas, apakah Anda
sudah memahami? Kalau sudah paham simak
3) Teori Persia
Teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia abad 13 dan pembawanya
berasal dari Persia (Iran). Dasar teori ini adalah kesamaan budaya Persia
dengan budaya masyarakat Islam Indonesia seperti:
a. Peringatan 10 Muharram atau Asyura atas meninggalnya Hasan dan Husein cucu
Nabi Muhammad, yang sangat di junjung oleh orang Syiah/Islam Iran. Di Sumatra
Barat peringatan tersebut disebut dengan upacara Tabuik/Tabut. Sedangkan di
pulau Jawa ditandai dengan pembuatan bubur Syuro.
b. Kesamaan ajaran Sufi yang dianut Syaikh Siti Jennar dengan sufi dari Iran
yaitu Al – Hallaj.
c. Penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab untuk tanda-
tanda bunyi Harakat.
d. Ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik.
e. Adanya perkampungan Leren/Leran di Giri daerah Gresik. Leren adalah nama
salah satu Pendukung teori ini yaitu Umar Amir Husen dan P.A. Hussein
Jayadiningrat.
Ketiga teori tersebut, pada dasarnya
masing-masing memiliki kebenaran dan kelemahannya. Maka itu berdasarkan teori
tersebut dapatlah disimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia dengan jalan damai
pada abad ke – 7 dan mengalami perkembangannya pada abad 13. Sebagai pemegang
peranan dalam penyebaran Islam adalah bangsa Arab, bangsa Persia dan Gujarat
(India). Demikianlah uraian materi tentang proses masuknya Islam ke Indonesia.
Proses masuk dan berkembangnya Islam ke
Indonesia pada dasarnya dilakukan dengan jalan damai melalui beberapa
jalur/saluran yaitu melalui perdagangan seperti yang dilakukan oleh pedagang
Arab, Persia dan Gujarat. Pedagang tersebut berinteraksi/bergaul dengan
masyarakat Indonesia. Pada kesempatan tersebut dipergunakan untuk menyebarkan
ajaran Islam. Selanjutnya diantara pedagang tersebut ada yang terus menetap,
atau mendirikan perkampungan, seperti pedagang Gujarat mendirikan perkampungan
Pekojan. Dengan adanya perkampungan pedagang, maka interaksi semakin sering
bahkan ada yang sampai menikah dengan wanita Indonesia, sehingga proses
penyebaran Islam semakin cepat berkembang.
Perkembangan Islam
yang cepat menyebabkan muncul tokoh ulama atau mubaliqh yang menyebarkan Islam
melalui pendidikan dengan mendirikan pondok-pondok pesantren. Pondok pesantren
adalah tempat para pemuda dari berbagai daerah dan kalangan masyarakat menimba
ilmu agama Islam. Setelah tammat dari pondok tersebut, maka para pemuda menjadi
juru dakwah untuk menyebarkan Islam di daerahnya masing- masing. Di samping
penyebaran Islam melalui saluran yang telah dijelaskan di atas, Islam
juga disebarkan melalui kesenian, misalnya melalui pertunjukkan seni gamelan ataupun wayang kulit. Dengan demikian Islam semakin cepat berkembang dan mudah diterima oleh rakyat Indonesia.
juga disebarkan melalui kesenian, misalnya melalui pertunjukkan seni gamelan ataupun wayang kulit. Dengan demikian Islam semakin cepat berkembang dan mudah diterima oleh rakyat Indonesia.
Proses penyebaran
Islam di Indonesia atau proses Islamisasi tidak terlepas dari peranan para
pedagang, mubaliqh/ulama, raja, bangsawan atau para adipati. Di pulau Jawa,
peranan mubaliqh dan ulama tergabung dalam kelompok para wali yang dikenal
dengan sebutan Walisongo atau wali sembilan yang terdiri dari:
1) Maulana Malik Ibrahim dikenal dengan nama Syeikh Maghribi menyebarkan Islam
di Jawa Timur.
2) Sunan Ampel dengan nama asli Raden Rahmat menyebarkan Islam di daerah Ampel
Surabaya.
3) Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel memiliki nama asli Maulana Makdum
Ibrahim, menyebarkan Islam di Bonang (Tuban).
4) Sunan Drajat juga putra dari Sunan Ampel nama aslinya adalah Syarifuddin,
menyebarkan Islam di daerah Gresik/Sedayu.
5) Sunan Giri nama aslinya Raden Paku menyebarkan Islam di daerah Bukit Giri
(Gresik)
6) Sunan Kudus nama aslinya Syeikh Ja’far Shodik menyebarkan ajaran Islam di
daerah Kudus.
7) Sunan Kalijaga nama aslinya Raden Mas Syahid atau R. Setya menyebarkan
ajaran Islam di daerah Demak.
8) Sunan Muria adalah putra Sunan Kalijaga nama aslinya Raden Umar Syaid
menyebarkan islamnya di daerah Gunung Muria.
9) Sunan Gunung Jati nama aslinya Syarif Hidayatullah, menyebarkan Islam di
Jawa Barat (Cirebon)
III. KEBUDAYAAN BARAT DI INDONESIA
Proses akulturasi di Indonesia tampaknya
beralir secara simpang siur, dipercepat oleh usul-usul radikal, dihambat oleh
aliran kolot, tersesat dalam ideologi-ideologi, tetapi pada dasarnya dilihat
arah induk yang lurus: ”the things of humanity all humanity enjoys”.
Terdapatlah arus pokok yang dengan spontan menerima unsur-unsur kebudayaan
internasional yang jelas menguntungkan secara positif.
Akan tetapi pada refleksi dan dalam
usaha merumuskannya kerap kali timbul reaksi, karena kategori berpikir belum
mendamaikan diri dengan suasana baru atau penataran asing. Taraf-taraf
akulturasi dengan kebudayaan Barat pada permulaan masih dapat diperbedakan,
kemudian menjadi overlapping satu kepada yang lain sampai pluralitas, taraf,
tingkat dan aliran timbul yang serentak. Kebudayaan Barat mempengaruhi
masyarakat Indonesia, lapis demi lapis, makin lama makin luas lagi dalam
(Bakker; 1984).
Apakah kebudayaan Barat modern semua
buruk dan akan mengerogoti Kebudayaan Nasional yang kita gagas? Oleh karena
itu, kita perlu merumuskan definisi yang jelas tentang Kebudayaan Barat Modern.
Frans Magnis Suseno dalam bukunya ”Filsafat Kebudayan Politik”, membedakan tiga
macam Kebudayaan Barat Modern:
A. Kebudayaan Teknologi Modern
Pertama kita harus membedakan antara
Kebudayan Barat Modern dan Kebudayaan Teknologis Modern. Kebudayaan Teknologis
Modern merupakan anak Kebudayaan Barat. Akan tetapi, meskipun Kebudayaan
Teknologis Modern jelas sekali ikut menentukan wujud Kebudayaan Barat, anak itu
sudah menjadi dewasa dan sekarang memperoleh semakin banyak masukan non-Barat,
misalnya dari Jepang.
Kebudayaan Tekonologis Modern merupakan
sesuatu yang kompleks. Penyataan-penyataan simplistik, begitu pula
penilaian-penilaian hitam putih hanya akan menunjukkan kekurangcanggihan
pikiran. Kebudayaan itu kelihatan bukan hanya dalam sains dan teknologi,
melainkan dalam kedudukan dominan yang diambil oleh hasil-hasil sains dan
teknologi dalam hidup masyarakat: media komunikasi, sarana mobilitas fisik dan
angkutan, segala macam peralatan rumah tangga serta persenjataan modern. Hampir
semua produk kebutuhan hidup sehari-hari sudah melibatkan teknologi modern
dalam pembuatannya.
Kebudayaan Teknologis Modern itu
kontradiktif. Dalam arti tertentu dia bebas nilai, netral. Bisa dipakai atau
tidak. Pemakaiannya tidak mempunyai implikasi ideologis atau keagamaan. Seorang
Sekularis dan Ateis, Kristen Liberal, Budhis, Islam Modernis atau Islam
Fundamentalis, bahkan segala macam aliran New Age dan para normal dapat dan mau
memakainya, tanpa mengkompromikan keyakinan atau kepercayaan mereka
masing-masing. Kebudayaan Teknologis Modern secara mencolok bersifat
instumental.
B. Kebudayaan Modern Tiruan
Dari kebudayaan Teknologis Modern perlu
dibedakan sesuatu yang mau saya sebut sebagai Kebudayaan Modern Tiruan.
Kebudayaan Modern Tiruan itu terwujud dalam lingkungan yang tampaknya
mencerminkan kegemerlapan teknologi tinggi dan kemodernan, tetapi sebenarnya
hanya mencakup pemilikan simbol-simbol lahiriah saja, misalnya kebudayaan
lapangan terbang internasional, kebudayaan supermarket (mall), dan kebudayaan
Kentucky Fried Chicken (KFC).
Di lapangan terbang internasional orang
dikelilingi oleh hasil teknologi tinggi, ia bergerak dalam dunia buatan: tangga
berjalan, duty free shop dengan tawaran hal-hal yang kelihatan mentereng dan
modern, meskipun sebenarnya tidak dibutuhkan, suasana non-real kabin pesawat
terbang; semuanya artifisial, semuanya di seluruh dunia sama, tak ada hubungan
batin.
Kebudayaan Modern Tiruan hidup dari
ilusi, bahwa asal orang bersentuhan dengan hasil-hasil teknologi modern, ia
menjadi manusia modern. Padahal dunia artifisial itu tidak menyumbangkan
sesuatu apapun terhadap identitas kita. Identitas kita malahan semakin kosong
karena kita semakin membiarkan diri dikemudikan. Selera kita, kelakuan kita,
pilihan pakaian, rasa kagum dan penilaian kita semakin dimanipulasi, semakin
kita tidak memiliki diri sendiri. Itulah sebabnya kebudayaan ini tidak nyata,
melainkan tiruan, blasteran.
Anak Kebudayaan Modern Tiruan ini adalah
Konsumerisme: orang ketagihan membeli, bukan karena ia membutuhkan, atau ingin
menikmati apa yang dibeli, melainkan demi membelinya sendiri. Kebudayaan Modern
Blateran ini, bahkan membuat kita kehilangan kemampuan untuk menikmati sesuatu
dengan sungguh-sungguh. Konsumerisme berarti kita ingin memiliki sesuatu, akan
tetapi kita semakin tidak mampu lagi menikmatinya. Orang makan di KFC bukan
karena ayam di situ lebih enak rasanya, melainkan karena fast food dianggap
gayanya manusia yang trendy, dan trendy adalah modern. (http://rizky-akbar-n.blogspot.co.id/2012/11/kebudayaan-hindu-budha-islam-dan-barat.html)
Pengertian Pluralitas Budaya
Pluralitas budaya sering disamakan dengan istilah multikulturalisme, dua
istilah tersebut memang memiliki makna yang mirip. Akan tetapi,
multikulturalisme merupakan paham atau ideology yang menganjurkan masyarakat
untuk menerima dan menganggap keanekaragaman budaya adalah hal yang ada dalam
suatu wilayah. Ada pula istilah pluralitas kebudayaan. Menurut
Koentjaraningrat, pluralism kebudayaan adalah dua macam tradisi kebudayaan atau
lebih yang membagi masyarakat kedalam golongan sosial yang berbeda-beda.
Menurut E. B. Y. Tylor kebudayaan merupakan sesuatu yang meliputi pengetahuan,
kepercayaan, seni, kesusilaan, hukum adat istiadat kesanggupan, serta
kebiasaannya, maka dengan adanya pluralitas budaya dalam suatu negara
diperlukan nilai dan norma budaya untuk mengatur unsur-unsur yang mencakup
dalam kebudayaan tersebut.
Budaya Lokal sebagai Akar Kebudayaan Nasional
Di dalam filsafat hidup; pandangan hidup etika, dan kearifan lokal
masyarakat pemiliknya misalnya dalam bahasa jawa terdapat istilah memayu,
hayuningbawono, yang berarti persahabatan dengan tempat tinggal melalui
penjagaan kelestarian dan keserasian alam sekitar. Puncak-puncak keanekaragaman
kebudayaan.
Pengaruh Kebudayaan Asing Terhadap Kebudayaan Lokal
Kebudayaan asing adalah kebudayaan yang hidup dan dimiliki oleh masyarakat
diluar bangsa Indonesia. Kebudayaan asing sering dianggap sebagai kebudayaan
yang datang dari masyarakat barat, yaitu bangsa Eropa, Amerika, Jepang,
Cina, India, Timur Tengah dan sebagainya. Masuknya budaya asing antar lain yang
berkaitan dengan penerapan teknologi membuat budaya lokal mengalami perubahan.
Menurut Koentjaraningrat, pengaruh kebudayaan asing yang ada di Indonesia
dapat dilihat sebagai berikut:
Pengaruh kebudayaan Hindu
Kebudayaan Hindu masuk Indonesia sekitar ke 4M. pada masa itu, kebudayaan
Hindu memiliki kekuatan yang besar dan serupa dengan kebudayaan barat pada saat
ini. Kebudayaan hindu telah merambat dan mempengaruhi kehidupan. Hampir semua
bangsa di dunia misalnya kebudayaan intelektual agama hindu yang mempengaruhi
dunia asia tenggara, termasuk Indonesia.
Pengaruh kebudayaan Islam
Agama Islam memiliki pengaruh yang kuat dalam kehidupan masyarakat
Indonesia di daerah yang tidak terpengaruh agama hindu. Misalnya di daerah
Aceh, Banten, Pantai Utara Jawa, dan Sulawesi Selatan. Begitu juga dengan
daerah seperti Sumatera, dan Pantai Kalimantan yang mengalami proses dan
pengaruh yang sama.
Pengaruh Kebudayaan Eropa
Pengaruh kebudayaan Eropa di Indonesia dimulai dengan adanya kolonialisme
dan kapitalisme bangsa Eropa seperti Belanda dan Portugis. Belanda misalnya,
menguasai beberapa pusat pemerintahan dan juga kota-kota pemerintahan seperti
kota provinsi, kota kabupaten dan kota distrik. Kebudayaan asing secara tidak
langsung juga berpengaruh terhadap kebudayaan nasional kita. Koentjaraningrat
menyatakan perlunya syarat agar suatu unsur kebudayaan nasioal itu dapat
memberi identitas kepada warga negaranya. Hal ini diharapkan dapat menimbulkan
rasa bangga kepada mereka.
Pada awalnya globalisasi ini disosialisaikan keseluruh dunia melalui cara
kekerasan. Misalnya melalui penjajahan atas bangsa lain oleh bangsa Eropa dan
Amerika. Ada pula cara damai yang ditempuh, misalnya dengan memakasa bahasa
masyarakat Eropa, seperti bahasa Inggris, bahasa Perancis atau bahasa latin
menjadi bahasa komuikasi bersama.